Seorang Nenek Di Kafe Wina menawarkan kelas membuat kue untuk semua

Dibingkai oleh lemari kayu, Karin Hofbauer menggenggam sebatang mentega ke camera laptopnya dan memberinya ke beberapa pembuat roti pemula yang bergabung nyaris di dapurnya rahasia menguleni adonan shortcrust.

“Resepnya simpel, saya telah membuat berulang-kali untuk teman dan keluarga, dan selalu sukses,” kata pria Austria berumur 62 tahun itu saat sebelum isi kue tar apel panggang dengan kacang dan puding vanila.

5 orang Jerman dan Austria yang membuat catatan hadir ke kelas online karena resepnya simpel dan polos — dan karena mereka diberikan oleh nenek di dunia nyata seperti Hofbauer, yang akan selekasnya tergabung dengan nenek dan kakek dari penjuru dunia dalam pola yang digerakkan oleh cafe Wina.

Sesudah “Nenek Dicari” yang dikelompokkan dalam media massa lokal dan beberapa eksperimen sebagai cafe pop-up di festival, team antargenerasi buka “Vollpension” pertama – istilah Jerman yang merujuk pada pensiun penuh dan fasilitas dengan full board.

Di dua cafe perusahaan sosial, kopi dihidangkan dalam cangkir tua dengan cetakan kembang dan hiasan silang dari border collie menghias dinding.

Konsumen setianya, banyak pada mereka ialah hipsters, kerap kali tergabung dengan host paruh saat yang telah lansia — terkecuali, sudah pasti, wabah memaksakan mereka untuk tutup.

Jauhkan nenek kita pergi’

Saat penguncian virus pertama di Austria menerpa, konsumen setia menyumbang 140.000 euro ($ 170.000) untuk menjaga pendapatan tambahan sebagai sandaran banyak staff – khususnya wanita lajang yang, sesudah sekian tahun sebagai ibu rumah tangga, menerima pensiun negara yang relatif kecil.

Tetapi, itu hanya salah satu manfaat dari usaha sosial.

“Orangtua ingin berasa diperlukan, itu ialah suatu hal yang penting untuk penuaan, dan itu ialah suatu hal yang disiapkan oleh Vollpension,” kata Franz Kolland, seorang profesor di Kampus Wina yang fokus pada faktor sosial dari umur tua.

Bersamaan pertambahan umur, “mereka hadapi dua dekade saat pensiun di mana mereka bergerak. Mereka ingin lakukan suatu hal — mereka perlu didekati,” kata Kolland, beri pujian Vollpension sebagai “mode peranan”.

Piffl-Percevic menjelaskan kamu tersentuh saat rekan-rekan dan keluarga memberikan laporan begitu kesejahteraan nenek mereka bertambah sesudah tergabung dengan Vollpension.

“Mendadak mereka tidak rasakan sakit pinggul kembali, atau mereka berhenti minum kebanyakan,” ucapnya.

Untuk “membuat nenek kita masih tetap hidup” sepanjang wabah, Piffl-Percevic dan beberapa rekannya mulai cari pilihan selainnya kue yang dapat dibawa pulang.

Ambil ketrampilan membuat kue nenek dan kakek lewat cara online ialah cara rasional selanjutnya.

Sepasukan relawan menolong membuat studio kue yang serupa dengan koki TV, dan merekam kelas memanggang berdasar keinginan dimulai dari kue Natal sampai kue vegan, sementara Hofbauer dan yang lain mengadakan kelas memanggang langsung di dapur mereka sendiri.

Sesudah menangani perangkap rapat Zoom, Hofbauer melanjutkan pengetahuannya dari pembuatan kue sepanjang beberapa dasawarsa — terhitung mengenai pengupas apel terbaik: “tidak harus suatu hal yang mahal — saya berpikir punya saya bernilai tiga euro,” ucapnya , ketawa.

Go-international

Saat cafe Vollpension terkini dibuka – pas saat sebelum wabah – lebih dari 300 manula yang semangat melamar dalam kurun waktu 24 jam.

Kesuksesan pelatihan baking dengan beberapa ratus peserta sekarang menggerakkan Volpension untuk go global.

Dalam beberapa bahasa, Vollpension minggu ini mengundang nenek dan kakek dari penjuru dunia untuk tergabung sama mereka.

“Vollpension dibangun untuk memberikan beberapa orang seperti kami tempat di mana mereka mendapati arti, dan bisa jalani kehidupan yang pantas ditempuh bahkan juga di umur tua,” kata seorang nenek dengan bahasa Italia dalam video yang mempromokan panggilan untuk melamar.

Beberapa orang dari penjuru dunia bisa belajar membuat kue dengan “resep keluarga asli dari wilayah itu, dan langsung dari dapur nenek”, kata lainnya dengan bahasa Spanyol.

“Ini mengenai resep lokal dan nasional — mangga dengan ketan yang diberikan dengan seorang nenek Thailand, dan panna cotta dengan seorang Sisilia,” kata Piffl-Percevic.

Hofbauer, yang menjelaskan jika kamu sudah mengundang peserta dari Boston dan Kreta, telah tidak sabar untuk melihat kelas membuat kue menjadi global.

“saya mendapati rekan baru, kenalan baru, apabila kita go internasional, itu akan jadi lebih membahagiakan,” ucapnya, wewangian kue apel hangat saat ini penuhi dapur berpenampilan 80-an. “Makin banyak makin semarak.”