Tingginya permasalahan positif COVID- 19 pada pengidap Penyakit Tidak Meluas( PTM), diakibatkan oleh aspek lemahnya energi tahan badan pengidapnya. Semacam yang dikenal bersama, energi tahan badan yang lemah bisa membuat seorang gampang terpapar virus SARS- CoV- 2 pemicu COVID- 19.
Direktur Penangkalan serta Penyakit Tidak Meluas, Departemen Kesehatan RI
dokter. Cut Gadis Arianie mengatakan para penyandang PTM tersebut setelah itu masuk dalam kelompok yang rentan terinfeksi COVID- 19.
” Bagi informasi dari PHEOC Departemen Kesehatan, penyakit tidak meluas semacam hipertensi, diabet, penyakit jantung, kandas ginjal, stroke, itu kelompok yang masuk di sana. Kanker, penyakit paru kronik, membuktikan orang- orang kelompok penyakit tidak meluas ini merupakan orang yang rentan terinfeksi. Sebab tentu yang orang dengan penyandang PTM kan keadaan( energi tahan badan) nya telah tidak sama dengan orang wajar, namun, bukan berarti mereka tidak hendak dapat bebas,” ungkap Cut Gadis dikala diskusi di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Sabtu( 4/ 7).
Kendati demikian, Gadis Arianiemengatakan kalau COVID- 19 pastinya sangat bisa jadi dicegah dengan mempraktikkan pola hidup sehat.
” Penyakit ini sangat bisa jadi dicegah dengan pergantian sikap kita. Awal pola makan, pola makan pasti saja wajib menjajaki kaidah gizi balance, berikutnya berolahraga yang teratur,” lanjutnya.
Sepanjang masa pandemi COVID- 19, Cut Gadis Arianie pula menyarankan supaya seorang yang mempunyai PTM supaya teratur melaksanakan pengecekan kesehatan ke dokter, baik yang telah sakit ataupun yang masih merasa sehat. Karena PTM ini sangat berpotensi jadi penyakit penyerta ataupun komorbid serta bisa terus menjadi kurang baik apabila pengidapnya terinfeksi virus SARS- CoV- 2.
” Buat yang telah penyandang PTM, itu wajib kerap. Minimun satu kali sebulan. Serta pada masa pandemi, buat penyandang PTM menemukan fleksibilitas kalau obat mereka diberikan buat 2 bulan, sehingga kurangi mobilisasi mereka keluar serta yang berarti minum obat secara tertib. Sebab dari survei kita menampilkan orang PTM itu 50% tidak patuh minum obat,” ucap Cut Gadis.
Di sisi lain, ia pula menarangkan kalau untuk seorang yang merasa sehat yang tidak memiliki keluhan belun pasti didalamnya sehat, butuh deteksi dini ke rumah sakit.
” Jadi buat orang sehat yang merasa dirinya tidak memiliki keluhan tetapi belum pasti senantiasa sehat, lakukanlah skrining minimun 6 bulan hingga satu tahun sekali,” kata Cut Gadis.
Dalam perihal ini sebagian tahapan yang wajib ditilik di antara lain merupakan tekanan darah, gula darah, indeks berat tubuh serta penanda yang lain.
” Mengukur tekanan darah, gula darah, indeks massa badan, lingkar perut yang sangat mudah. Jika pria enggak boleh( lingkar perutnya) lebih dari 9 puluh centi sebab itu kegemukan, wanita jangan lebih dari 8 puluh centi,” tambahnya.
Sedangkan itu dipeluang yang sama, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia( PAPDI) Eka Ginanjar menegaskan untuk yang penyandang penyakit tidak meluas buat giat mengecek kesehatannya ke dokter supaya mengenali keadaan kesehatan pada dirinya.
” Yang sangat berarti merupakan orang- orang yang memiliki penyakit tidak meluas ini, yang diabet, yang darah besar, yang telah kena stroke, penyakit jantung. Jangan kurang ingat, ini penyakit degenerative, penyakit yang wajib dikontrol. Jangan kurang ingat kontrol, jadi jangan khawatir ke rumah sakit,” tegasnya.
Setelah itu dia mejelaskan, para pengidap Komorbid buat lebih berjaga- jaga supaya tidak tertular COVID- 19, disebabkan lebih gampang terpapar COVID- 19.
” Kala pandemi ini, yang memiliki komorbid supaya hati- hati, sebab kala meluas ke mereka, itu lebih dapat memperoleh penyakit yang lebih berat,” tutup Eka.